Phobia Bencong

Baru bisa nulis diblog hari ini nih. Soalnya tadi malem lagi ikut bokap motret di Lumajang. Dan lagi-lagi ketemu sama wanita betis berotot ( bencong ).















Kodrat kejantanan hilang terbalut gerak gemulai yang mengundang laknat. Demikianlah bencong bertebar sebagai sosok makhluk halus nan gagah berpostur tegap.

Kemaren malem gue baru saja mengalami insomnia parah ! Manusia berkelamin ling-lung itu emang buat gue jijik banget. Tiap gue ikut bokap motret acara pernikahan, disitu pasti selalu ada bencongnya. Emang mereka bakalan liar kalau udah ngeliat orang ganteng semacem gue. Dan itu jadi nyiksa banget buat gue, mending ketemu pocong, daripada bencong.

Ketakutan gue pada seorang bencong memiliki beberapa alasan, diantaranya :
1. Faktanya, bencong itu bertitit lebih besar dari seorang pria pada umumnya. Dan punya jakun lebih beringas.
2. Banyak bencong di Indonesia yang menjajani 2 profesi sekaligus. Misalnya, siang hari jadi kuli bangunan, malam harii jadi bencong. Bencong kategori ini dipandang lebih menyeramkan daripada seorang yang terkena penyakit siput gila.

















3. Aksi-aksi mereka sejatinya sangat tidak beradab. Lihatlah, sebagian aksi pengamen bencong rendahan yang kerap memamerkan pakaian seronok menebar show erotis nan menjijikan di depan publik
4. Bencong cenderung memaksa dan ganas.
5. Menyukai pria tampan.

Anehnya, bencong selalu merubah-rubah setiap kata baku yang tercipta dengan susahnya. Contohnya, waktu dulu gue liat orang yang lagi bicara dengan seorang bencong. Gue perhatiin, pembicaraan mereka kayak orang yang sedang kena pelet. Kata pacaran saja bagi seorang bencong bisa ganti jadi pecongan. Layaknya orang yang terkena rabun buta, seorang bencong menyebut sebuah motor menjadi sebuah motorola. Mereka memang aneh, menjengkelkan, menjijikkan dan hidup. Mampus lo !.

Pernah dulu waktu gue sama bokap lagi mau pulang dari toko figora di Lumajang. Gatau kenapa disitu jugak ada bencong yang sedang parkir dibilik jalan sambil ngeliatin gue. Dengan muka kusut gue berbisik pada bokap "Pa, bencongnya ... ". Bokap menyahut "Kenapa ?", " Gue takut pa ! ". Seakan tau apa yang kita bicarakan, bencong itu marah sembari mengambil sendal lusutnya " Heh, bencong-bencong, lu gue makan, abis lu ! " bencong itu teriak ! Kata pertama yang ada dibenak gue " Mampus gue ! " Kata kedua yang ada dibenak gue " Kabur ...... !". Dan sejak itu gue tau suara bencong ketika marah, layaknya auman harimau betina yang kehilangan anaknya.

Comments

Popular Posts